BUDIDAYA JELUTUNG
Di Indonesia terdapat dua jenis
jelutung, yaitu: Dyera costulata Hook. F. dan Dyera lowii Hook. F. Kedua jenis
ini termasuk famili Apocynaceae. Jelutung, di Kalimantan disebut pantung, di
Sumatera disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di
Thailand disebut teen-peet-daeng.
Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya bias mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai 100 cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting.
Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.
Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya bias mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai 100 cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting.
Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.
Jelutung tumbuh
baik di daerah hutan hujan tropis yang beriklim tipe A dan tipe B menurut
Schmidt & Ferguson; tanah berpasir, tanah liat, dan tanah rawa; dengan
ketinggian tempat tumbuhnya 20-80 m dari permukaan laut.
SEKILAS BUDIDAYA DAN PERTUMBUHAN JELUTUNG PEMBUATAN BIBIT
Setelah satu minggu direndam benih jelutung mulai berkecambah. Lalu disapih ke media tumbuh. Caranya, benih ditanam sepertiga bagian bijinya dengan embrio menghadap kebawah. Benih sapihan itu akan naik dari permukaan tanah setelah 15-20 hari.Pertumbuhan benih berikutnya terlihat setelah lebih kurang satu bulan, dimana kulit benih pecah, dan tumbuh daun makota atau daun semu. Dan setelah 7-9 bulan, bibit jelutung yang tingginya 30-50 cm, siap ditanam di lapangan.
PENANAMAN
Penanaman bibit jelutung dilakukan dengan jarak 7 m x7 m atau 10m x 10m, dan dengan menggunakan sistim jalur. Sebabnya, pada awal pertumbuhan bibit jelutung membutuhkan naungan terlebih dahulu sebelum dapat menyesuikan dengan lingkungannya.
Penanaman bibit jelutung dilakukan dengan jarak 7 m x7 m atau 10m x 10m, dan dengan menggunakan sistim jalur. Sebabnya, pada awal pertumbuhan bibit jelutung membutuhkan naungan terlebih dahulu sebelum dapat menyesuikan dengan lingkungannya.
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan tanaman jelutung relatif mudah karena tanaman jelutung muda memiliki kemampuan tumbuh yang tinggi. Pada awalnya pertumbuhan anakan jelutung cepat, daunnya lebih lebar, dan berwarna hijau. Kemudian pertumbuhannya melambat, dan pada usia lima tahun daunnya kaku, mengeras dan mengecil. Selama masa pertumbuhannya itu hanya sedikit memerlukan penyiangan dan pendangiran pada pangkal batangnya.
Sebagai contoh, pada Areal Model Budidaya Jelutung di KM-55 Jalan Palangkaraya-Sampit yang dibangun oleh Balai Pengelolaan DAS Kahayan, Propinsi Kalteng, pertumbuhan tinggi dan diameternya menunjukan angka yang menggembirakan. Pada lahan seluas 10 ha itu, pada tahun 2001 ditanam bibit jelutung dengan sistim jalur dan dengan jarak tanam 7 m x 7 m. Saat ini tanaman yang terbesar berdiameter 15 cm, dan tingginya 7 m. Sedangkan pohon yang terkecil berdiameter 6 cm, dan tingginya 4 m.
MANFAAT EKONOMIS JELUTUNG GETAH
Pohon jelutung menghasilkan getah berwarna putih. Penyadapan getah jelutung dilakukan padas pohon jelutung yang berdiameter lebih-kurang 20 cm. Sekali penyadapan menghasilkan getah jelutung 0,1-0,6 kg/pohon. Setahun penyadapan getah jelutung bisa dilakukan 40 kali. Sebagai gambaran, dengan asumsi harga getah jelutung dipasaran sebesar Rp 3.000,-/kg, dengan jumlah pohon 200 pohon/ha, maka nilai ekonomis getah jelutung per hektar Rp 2.400.000,- - Rp 13.440.000,-.
KAYU
Setelah pohon jelutung tidak lagi menghasilkan getahnya, pohonnya bisa ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Kayu jelutung dapat digunakan untuk bahan: cetakan bangunan, meja gambar, kelom, ukiran, sepasiter baterai, kayu lapis dan pensil.
Menurut perencanaan pembangunan
hutan rakyat, pertumbuhan diameter pohon jelutung rata-rata 1,58 cm/tahun, dan
dengan umur masak tebangnya 35 tahun, maka rata-rata diameter pohonnya lebih
besar 50 cm. Dengan asumsi rata-rata tinggi pohon bebas cabang 15 m, volume
rata-rata 2,94 m3, jumlah pohon 200/ha, dan harga kayu di pasaran Rp.
200.000,-/m3, maka nilai kayu jelutung per ha Rp. 117.600.000,-
Selama ini Negara Indonesia menjadi
pemasok getah jelutung terbesar pada negara-negara importir. Kebutuhan getah
jelutung untuk berbagai industri diberbagai Negara, belum bisa dipenuhi
seluruhnya oleh Negara Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar